LANSKAPSULAWESI.COM – Kuta Bali, Pinkan Margaretha, M.Psi, Psikolog, menutup sesi seminar KMC’25 dengan menyampaikan materi “Daily Habit of A Spiritual Leader” di Kartika Plaza Hotel, Kuta Bali, pada 18 Juli 2025.
Dosen Universitas Kristen Krida Wacana ini memulai dengan pertanyaan reflektif: “kehidupan yang lebih berkualitas itu seperti apa?” Menurutnya, hubungan atau relationship menjadi kunci utama yang perlu ditumbuhkan, terutama pada anak-anak generasi Z. Pinkan mencatat bahwa banyak dari mereka kekurangan hubungan sosial, yang sering kali berujung pada kesepian dan kepura-puraan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai pelengkap, Pinkan mengacu pada perbedaan antara religiusitas dan spiritualitas. Religiusitas mencakup keyakinan, praktik, dan ritual yang berhubungan dengan ajaran resmi agama, biasanya dilakukan dalam kerangka institusi formal seperti gereja, masjid, atau komunitas keagamaan. Sementara itu, spiritualitas lebih bersifat pribadi, berfokus pada pencarian makna hidup, eksistensi, dan hubungan mendalam yang tidak selalu terikat pada agama formal, menawarkan fleksibilitas dalam perenungan.
Kebiasaan harian memainkan peran besar dalam membentuk karakter, dan karakter itu sendiri menjadi fondasi kepemimpinan. Pinkan menekankan bahwa kebiasaan adalah perilaku otomatis yang terbentuk dari pengulangan. Oleh karena itu, seseorang yang ingin menjadi pemimpin harus mulai dengan introspeksi dan meneliti pola perilaku sehari-hari untuk menciptakan perubahan positif.
Pinkan juga menghubungkan kekayaan kearifan lokal yang mendukung kesehatan mental, yang justru datang dari kekuatan religiusitas dan spiritualitas. Ia menekankan bahwa nilai-nilai ini efektif dalam membangun mentalitas positif asalkan didasari oleh kasih dan penerimaan, bukan aturan yang kaku atau memaksa, sehingga menciptakan keseimbangan dalam kehidupan.
Untuk memaksimalkan kebiasaan yang dimaksud, Pinkan menyarankan tujuh kebiasaan yang dapat memperkuat mental yaitu: sediakan waktu teduh pribadi untuk membangun koneksi dengan Tuhan melalui perenungan firman, berdoa bersama keluarga sebagai ritual atau kebiasaan yang teratur, mempelajari firman dengan diskusi dan storytelling, mendengarkan aktif untuk empati, mengakui kesalahan dan meminta maaf untuk kerendahan hati, melayani bersama untuk kemampuan prososial, serta memberi teladan hidup yang menguatkan imun mirror neuron. Pinkan berharap kebiasaan ini menjadi panduan bagi generasi muda dalam menjalani kehidupan yang bermakna.