Pemilihan Ketua KNPI Tana Toraja bukan sekadar ajang formalitas atau seremonial pergantian pengurus. Ia adalah cermin dari sejauh mana anak-anak muda Toraja telah belajar, tumbuh, dan bersatu dalam semangat kolektif membangun daerah. Namun pertanyaan mendasar yang harus kita ajukan menjelang momentum ini adalah: Apakah KNPI hari ini masih menjadi rumah bersama, atau telah tereduksi menjadi panggung kontestasi kepentingan pribadi dan kelompok?
Mengkritisi Arah dan Fungsi KNPI
KNPI dibentuk sebagai wadah berhimpunnya seluruh potensi pemuda lintas organisasi. Ia seharusnya menjadi tempat bertumbuhnya ide, gagasan, dan aksi nyata yang melampaui batas sekat-sekat politik, suku, agama, maupun afiliasi sosial lainnya. Namun realita di banyak daerah—termasuk di Tana Toraja—memperlihatkan wajah lain dari KNPI: fragmentasi internal, perebutan kursi, dan minimnya kontribusi substantif bagi kemajuan daerah.
Jika ini terus dibiarkan, maka KNPI hanya akan menjadi “organisasi tua yang dipenuhi anak muda dengan jiwa tua”—hilang relevansi dan kehilangan arah. Organisasi kepemudaan seharusnya bukan tempat rebutan panggung kekuasaan, melainkan laboratorium kepemimpinan, wadah inspirasi, dan motor penggerak perubahan.
Pemuda Hebat Tidak Butuh Panggung, Tapi Ruang Kolaborasi
Generasi muda Toraja hari ini adalah generasi yang kreatif, adaptif, dan penuh potensi. Mereka bukan generasi pencari panggung, tetapi pencipta peluang. Mereka butuh ruang, bukan sekadar sorotan. Oleh sebab itu, pemilihan Ketua KNPI bukan soal siapa yang paling berpengaruh atau paling populer, melainkan siapa yang paling mampu menciptakan ruang aman, inklusif, dan produktif bagi seluruh elemen pemuda.
Rumah pemuda yang ideal adalah rumah yang menyediakan ruang diskusi kritis dan membangun.
Mendorong kolaborasi lintas komunitas.
Menjadi fasilitator pelatihan, kewirausahaan, dan pemberdayaan.
Menginspirasi anak muda untuk terlibat dalam isu sosial, lingkungan, dan politik secara sehat dan bermartabat.
Momentum Menentukan Arah: Jangan Salah Pilih
Pemuda Toraja jangan lagi terjebak pada politik identitas atau kompromi transaksional. Pemilihan Ketua KNPI Tana Toraja harus menjadi titik balik kebangkitan gerakan pemuda berbasis nilai dan visi. Bukan semata soal “siapa orangku”, tetapi “siapa yang mampu memajukan kita semua”.
Ideal : Pilihlah pemimpin yang memiliki rekam jejak pelayanan dan integritas.
Punya visi yang inklusif dan membumi.
Siap turun langsung bekerja bersama, bukan hanya pandai bicara atau retorika-isme.
Mampu merangkul, bukan memecah.
KNPI sebagai Rumah Bersama
KNPI harus kembali ke rohnya: bukan tempat rebutan jabatan, tapi tempat pertemuan gagasan, terminal ide yang siap membanhun Tana Toraja denhan banyak capaian, Ia harus menjadi rumah besar bagi anak muda hebat yang menginspirasi, bukan sekadar arena perebutan status simbol.
Mari jadikan KNPI menjelang MUSDA ini sebagai momen reflektif, bukan euforia sesaat. Mari bangun KNPI Tana Toraja yang kuat, bersatu, dan benar-benar relevan bagi masa depan pemuda dan daerah kita Tana Toraja.
Mari, Anak Muda Toraja Hebat, Saling Berkolaborasi untuk tujuan yang mulia.
Kita bukan pesaing satu sama lain, kita adalah sesama pejuang dalam medan perubahan. Dalam dunia yang semakin kompleks, tidak ada satu figur atau organisasi yang bisa berjalan sendiri. Hanya dengan kolaborasi bukan kompetisi egoistik kita bisa menciptakan dampak yang nyata. Saatnya kita duduk bersama, menyatukan langkah, dan bergerak dalam satu semangat: menjadikan KNPI sebagai rumah inspiratif bagi semua pemuda, demi tujuan yang lebih besar dan lebih mulia — kemajuan Tana Toraja dan Indonesia yang lebih baik.
Penulis :
Marnolinus Ledon, S.Pd.,M.H
KNPI : Bukan Sekadar Panggung Kontestasi, Tetapi Rumah Bersama Anak Muda Hebat BerInspirasi
Catatan Kritis Menjelang Pemilihan Ketua KNPI Tana Toraja
