Lanskapsulawesi.com, ENREKANG – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang pemerintah pusat untuk menunjang pemenuhan gizi anak sekolah, justru menuai kritik saat dibagikan di salah satu sekolah dasar di Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang pada Jumat (10/10/2025).
Sejumlah masyarakat menyoroti porsi makanan yang dianggap tidak sesuai standar gizi anak. Menu yang dibagikan hanya terdiri dari nasi, satu buah pisang, sedikit sayur, serta beberapa potongan kecil ayam. Jika dihitung, nilainya disebut tidak sampai Rp10 ribu.
Padahal, program MBG ini secara nasional ditetapkan dengan standar anggaran Rp10 hingga Rp15 ribu per anak. Namun di lapangan, apa yang dibagikan justru jauh dari ekspektasi.
Koordinator Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Enrekang, Yayat, mengaku kendala utama ada pada ketersediaan bahan baku, khususnya susu yang menjadi salah satu komponen penting dalam gizi anak.
“Bahan bakunya memang harusnya sepuluh ribu. Cuman rencana hari ini ada susu, tapi stoknya kosong. Sudah satu minggu tidak dapat suplayer, mungkin karena banyak dapur juga yang membutuhkan,” ujar Yayat.
Ia bahkan menyebut porsi makanan yang dibagikan pada hari itu nilainya hanya berkisar Rp8 ribu hingga Rp9 ribu.
“Iya, kisarannya segitu. Susu biasanya yang menutup kekurangan karena harganya sekitar Rp2 ribuan,” tambahnya.
Meski begitu, Yayat menegaskan pihaknya tetap menjaga kebersihan makanan. Ia mengklaim penyortiran bahan dilakukan berlapis sebelum dan sesudah dimasak.
“InsyaAllah, kesterilannya kita jaga. Mulai dari pemilihan bahan baku, kalau ada yang busuk langsung kita sortir. Mau dimasak pun tetap kita sortir lagi,” tegasnya.
Namun ironisnya, ketika tim Lanskapsulawesi.com mencoba memantau langsung kondisi dapur, permintaan itu ditolak. Alasan yang disampaikan adalah menjaga kesterilan dapur.
“Di luar dari relawan tidak boleh masuk, kita tetap menjaga kesterilan dapur,” tutup Yayat.