Kupas Tantangan Pendidikan Bersama Sekolah Pemimpin, Dewan Pendidikan Ajak Semua Komponen Berkolaborasi Wujudkan Pendidikan Tana Toraja yang Berkualitas

LANSKAPSULAWESI.COM – Makale, Talkshow inspiratif yang difasilitasi oleh Sekolah Pemimpin berhasil menyatukan para pakar pendidikan di Torajan Café pada 3 November 2025, membahas tema krusial “Masa Depan Pendidikan di Tana Toraja Tanggung Jawab Siapa”. Acara ini menghadirkan narasumber berkompeten seperti Prof. Daud Malamassang, Yohanis Lintin Paembongan, S.Th., Herman Tahir, S.Pd., MM. yang mewakili Dewan Pendidikan serta Dinas Pendidikan, dan Dr. Selvi sebagai perwakilan institusi UKI Toraja. Dipandu oleh moderator Saparuddin Santa, diskusi ini membuka mata terhadap distorsi dalam proses dan output pendidikan saat ini, mendorong kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih berkualitas di Tana Toraja.

Prof. Daud Malamassang membuka percakapan dengan menekankan urgensi literasi digital sebagai pondasi utama, sambil mengajak mewujudkan mimpi Tana Toraja sebagai destinasi wisata pendidikan melalui pengembangan sumber daya manusia unggul. Ia menyoroti Toraja Masero sebagai fondasi yang harus diperkuat dengan menyamakan visi, harapan, dan langkah konkret dari Dewan Pendidikan. Lebih lanjut, mantan rektor UKI Toraja dua periode ini mengungkapkan bahwa inti masalah pendidikan bukan hanya pada angka-angka statistik, melainkan pada pembangunan karakter dan budaya mengajar yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional.

Menurut Prof. Daud, konsep pendidikan terus berkembang dengan berbagai pendekatan kurikulum yang berganti seiring zaman, namun tantangan utama selalu terletak pada implementasi. “Mau sebagus apa kurikulumnya, jika tidak dijalankan dengan kesadaran penuh dan tanpa motivasi, mimpi pendidikan berkualitas tak akan pernah tercapai,” tegasnya. Pernyataannya itu menggarisbawahi perlunya komitmen kolektif untuk mengatasi gap antara teori dan praktik, sehingga pendidikan di Tana Toraja dapat benar-benar membentuk generasi yang tangguh dan berintegritas.

Sementara itu, Herman Tahir menegaskan bahwa kemajuan pendidikan memerlukan kesadaran kolektif dari empat pilar utama: keluarga, pemerintah, masyarakat, dan media massa. Ia menjelaskan bahwa masing-masing pilar harus menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara sinergis untuk mewujudkan pendidikan berkualitas. Pendekatan ini diharapkan dapat mengatasi berbagai distorsi yang ada, dengan menjadikan kolaborasi sebagai kunci utama dalam membangun ekosistem pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan di Tana Toraja.

Sependapat dengan rekan-rekannya, Yohanis Lintin Paembongan, tokoh politik dan pemerhati pendidikan yang juga anggota Dewan Pendidikan, mengajak semua pilar pendidikan untuk merefleksikan peran dan tanggung jawab masing-masing. Ia menekankan pentingnya pendidikan berbasis adat dan budaya Toraja sebagai fondasi utama dalam mewujudkan mimpi pendidikan berkualitas. “Kita harus merenungkan posisi kita dan apa yang harus dilakukan untuk membangun pendidikan yang kuat, tanpa meninggalkan identitas lokal kita,” ujarnya, sambil mendorong inisiatif bersama guna mengintegrasikan nilai-nilai Toraja ke dalam kurikulum modern.

Dr. Selvi, mewakili institusi pendidikan, menambahkan bahwa guru sebagai role model memegang peran sentral dalam membentuk pendidikan berkualitas, terutama dengan menanamkan filosofi lokal seperti Manarang, Barani, dan Sugi’ sejak dini. Sebagai dosen bahasa Inggris di UKI Toraja, ia juga menyoroti bahwa pendidikan lokal tak boleh terpisah dari perspektif global, di mana penguasaan bahasa Inggris menjadi elemen krusial untuk pergaulan internasional tanpa kehilangan identitas budaya.

Salah satu catatan menarik datang dari salah satu pendiri Sekolah Pemimpin, Drs. Sanny Tonapa, yang menyampaikan rapor mutu pendidikan Tana Toraja saat ini berada pada posisi tuntas pratama dengan skor Standar Pelayanan Minimal (SPM) 75,84. Sebagai pemerhati pendidikan yang loyal terhadap generasi Z, ia menekankan bahwa posisi ini harus ditingkatkan ke level tuntas madya melalui kerja-kerja kolaborasi yang intensif antar semua pihak terkait. Lebih lanjut, Tonapa meminta Dewan Pendidikan untuk lebih peka dalam melihat persoalan-persoalan aktual yang sedang berkembang di sekolah-sekolah, seperti akses teknologi, kemampuan mengajar, dan kesejahteraan guru, agar upgrade mutu pendidikan dapat terealisasi secara nyata dan berkelanjutan.

Sementara itu, CEO Sekolah Pemimpin, Sumartoyo, S.Pd., M.Si., menilai bahwa capaian-capaian yang telah diraih oleh Dinas Pendidikan patut diapresiasi sebagai fondasi positif. Namun, berdasarkan riset Sekolah Pemimpin dalam beberapa bulan terakhir, ia menemukan adanya gap signifikan antara praktik pendidikan sehari-hari dengan output yang diharapkan, yang harus dibenahi melalui kesadaran kolektif yang melahirkan inisiatif-inisiatif inovatif. Bukan sekadar melahirkan inovasi semata, Sumartoyo menyoroti perlunya mengatasi problem pengajaran dengan pola pikir Zero and growth mindset alih-alih fixed mindset, sehingga para pelaku pendidikan membutuhkan pendekatan pelatihan yang lebih kontekstual, dinamis, dan terukur untuk mencapai transformasi pendidikan yang holistik di Tana Toraja.

Diskusi yang berlangsung alot ini menghasilkan berbagai catatan penting dari para peserta, yang menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan pendidikan di masa depan. Ketua Dewan Pendidikan berjanji akan berusaha mengumpulkan, menyaring, menganalisis dan memberikan saran terbaik kepada pemerintah melalui Dinas Pendidikan Tana Toraja.

Apresiasi terhadap diskusi singkat namun berbobot ini datang dari tamu undangan antara lain: Ketua APDESI Pradian Reski Londong Allo, Ketua Pemuda Tani Restu Tangaka, GMKI Nopen Kessu, BPOS PP Ilvandy Prasetyo, Srikandi PP Ivo Lestiani Payung, Pengusaha Muda Gunawan Santoso, Musram pengurus Sekolah Pemimpin, Pengawas Pendidikan SMA/SMK Ribka Padang, pengawas SMP Markus Era, serta peserta lainnya dari berbagai latar belakang profesi.