Lanskapsulawesi.comMakassar, 13 Juni 2025 — Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Ananda Makassar disorot oleh keluarga pasien karena dinilai tidak profesional dan tidak responsif terhadap kondisi darurat. Chandro F. Siburian, S.H., orangtua dari bayi R Liam Malia Siburian, menyampaikan kekecewaannya kepada awak media atas buruknya pelayanan yang diterima saat membawa anaknya berobat di RSIA Ananda Makassar pada Jumat dini hari, 13 Juni 2025.
Dalam wawancara yang dilakukan sekitar pukul 16.00 WITA di kediaman keluarga Siburian, Chandro menuturkan bahwa mereka tiba di RSIA Ananda Makassar sekitar pukul 01.35 WITA. Setibanya di sana, anaknya yang dalam kondisi demam tinggi langsung diarahkan ke Ruang IGD Anak, sementara adiknya, Chelsea, mengurus proses registrasi.
Namun, pelayanan awal yang diterima langsung membuat keluarga merasa kecewa. Menurut Chandro, petugas kesehatan di IGD Anak yang tidak diketahui namanya—karena tidak mengenakan ID card secara terlihat—langsung menyodorkan termometer dan meminta keluarga pasien sendiri yang mengukur suhu tubuh anak.
“Seharusnya itu tugas tenaga medis. Bukan kami yang mengukur sendiri. Saat itu suhu anak saya 39,1°C,” ujar Chandro.
Tak hanya itu, Chandro juga mengungkapkan bahwa dokter anak yang bertugas tak kunjung datang hingga mereka memutuskan meninggalkan rumah sakit sekitar pukul 04.00 WITA. Padahal, kondisi anaknya semakin memburuk dan suhu tubuh sempat meningkat hingga 39,8°C.
“Yang saya sesalkan, saat anak saya menangis kencang karena sakit, ekspresi dari perawat yang berjaga seperti menunjukkan kekesalan. Bukankah menangis adalah hal wajar bagi bayi, apalagi sedang sakit? Ini rumah sakit, bukan bioskop,” kata Chandro dengan nada kecewa.
Meski sempat diberi obat bernama Dubin, pelayanan medis yang minim tetap membuat keluarga semakin panik. Menurut pengakuannya, suhu anak dicek ulang sekitar pukul 03.05 WITA, namun lagi-lagi dilakukan sendiri oleh pihak keluarga.
Puncak kekesalan terjadi saat mereka hendak meninggalkan rumah sakit. Informasi mengenai status registrasi pasien yang tidak sinkron antara CS dan perawat IGD membuat situasi semakin tidak menentu.
“Saat saya tanya ke CS, katanya anak saya belum terdaftar. Tapi setelah saya kembali ke IGD, perawat bilang sudah terdaftar. Begini kok sistem informasinya?” ungkap Chandro.
Ironisnya, ketika mereka sudah bersiap keluar, barulah dokter anak datang dan berpapasan dengan istri Chandro di depan ruangan IGD.
“Saya bukan tenaga medis, saya hanya ingin tahu sakit anak saya apa? Apakah harus rawat inap atau cukup dengan obat? Tapi selama hampir tiga jam kami tidak mendapat penjelasan apapun. Ini menyangkut nyawa anak saya,” tegas Chandro.
Chandro berharap pihak RSIA Ananda Makassar, khususnya manajemen rumah sakit, segera mengevaluasi kinerja tenaga kesehatan yang bertugas pada malam tersebut.
“Kami masih menunggu klarifikasi dari pihak RSIA Ananda Makassar dalam waktu 2×24 jam. Jika tidak ada tanggapan, kami akan menyurati IDI Makassar, Dinas Kesehatan Makassar, dan instansi terkait lainnya,” tutup Chandro.
Hingga berita ini diturunkan, pihak RSIA Ananda Makassar belum memberikan tanggapan resmi atas keluhan tersebut.