Blog  

Ps. Jussac Kantjana: “The Greatest Comeback Story – Bridging The Generational GAP di KMC’25

oplus_8388608

LANSKAPSULAWESI.COMKuta Bali, KMC’25 memasuki hari kedua Kamis, 17 Juli 2025, di Hotel Kartika Plaza menghadirkan Ps. Jussac Kantjana, seorang pembicara rohani terkemuka, ahli parenting, dan penulis,

Sebagai narasumber utama, Ps. Jussac mengupas substansi The Greatest Comeback Story – Bridging The Generational GAP dengan wawasan mendalam yang diambil dari bukunya Kontekstual Intelligence: Did God Really Say?. Ps. Kantjana menyoroti dampak postmodernisme yang semakin memperlebar kesenjangan usia dan generasi di era modern, sekaligus membuka ruang dialog untuk solusi yang lebih konstruktif.

Dalam paparannya, Ps. Kantjana menjelaskan bahwa generasi postmodernisme memiliki 3 karakteristik yaitu relativitas, skeptisisme terhadap otoritas, dan keinginan kuat akan pengalaman komunitas yang autentik. Ia mencatut ke peserta bahwa generasi saat ini, khususnya komunitas postmodern, cenderung mencari pengalaman sejati di luar struktur konvensional. Sesi ini menjadi sorotan utama konferensi karena menghadirkan harapan baru, mengajak peserta untuk mengatasi perbedaan dengan empati dan pemahaman yang mendalam.

Ps. Kantjana mengambil contoh Yohanis Markus, yang dikenal sebagai “Pemuda Gen Z.” Awalnya skeptis dan memiliki masa lalu bermasalah, termasuk aksi melarikan diri dari penjara (Kis 12:1-17) serta penolakan dari Paulus, Markus berhasil bertransformasi berkat dukungan Barnabas. Dukungan ini membawanya menjadi asisten Paulus, co-penulis Petrus 2.0, dan penulis Injil Markus, menunjukkan kekuatan pendampingan dalam membentuk karakter positif.

Perjalanan Markus, yang disebut “The Greatest Comeback Story,” menjadi fokus yang akan mendorong PKP untuk melahirkan Barnabas-Barnabas baru. Ps. Kantjana menekankan peran penting reuni Markus dengan mentornya, yang didorong oleh pelayanannya yang berharga selama perjalanan (II Timotius 4:11b). Kisah ini menginspirasi PKP untuk percaya pada potensi kesempatan kedua dan pentingnya hubungan suportif dalam menyatukan generasi.

Ps. Kantjana juga mengajak audiens merangkul semangat “Gen Z Zaman Ini,” menggambarkan Markus sebagai sosok muda abad ke-21 yang mencerminkan kebutuhan akan figur seperti Barnabas. Ia menegaskan bahwa mengatasi skeptisisme melalui pendampingan generasi skeptis dan membangun narasi comeback dapat menciptakan perubahan besar, sebuah pesan yang disambut antusias oleh peserta.