LANSKAPSULAWESI.COM – Sulawesi Tengah, (16/04/24) Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu mengumumkan kembali rencana ambisius untuk membangun Terusan Khatulistiwa, sebuah proyek infrastruktur yang akan menghubungkan Selat Makassar dengan Teluk Tomini.
Terusan sepanjang 28 kilometer ini diharapkan dapat mempersingkat akses laut dari wilayah Indonesia Timur menuju Ibu Kota Nusantara (IKN) yang baru.
Megaproyek ini tidak hanya akan mempercepat distribusi barang dan jasa, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi regional dengan memfasilitasi perdagangan antar pulau.
Terusan ini akan menjadi game-changer bagi logistik di Indonesia, serta diharapkan dapat mengurangi biaya transportasi dan waktu tempuh, memberikan dorongan signifikan bagi pelaku usaha di kawasan timur Indonesia.
Selain itu, proyek ini akan memperkuat konektivitas antara wilayah timur dan barat Indonesia, serta mendukung inisiatif pemerintah dalam pemindahan ibu kota.
Pembangunan terusan ini diperkirakan akan melibatkan teknologi canggih dan memperhatikan aspek lingkungan untuk memastikan keberlanjutan ekosistem lokal.
Proyek Terusan Khatulistiwa ini sebelumnya telah dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2021 – 2026 Pemprov. Sulteng, namun belum terealisasi hingga saat ini.
Pemprov. Sulteng sendiri telah berupaya mendorong projek ini di tingkat pusat agar menjadi salah satu proyek Strategis Nasional yang outputnya akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan Indonesia Timur.
Rencana megaproyek Terusan Khatulistiwa ini menyerupai proyek Terusan Kra yang ada di Thailand. Terusan Kra memotong Semenanjung Kra dan menghubungkan Laut Andaman dengan Teluk Thailand. Pemerintah Cina dikabarkan siap berperan serta dalam proyek tersebut, termasuk dalam hal pendanaan.
Dampak signifikan dari Terusan Kra adalah perubahan rute pelayaran di kawasan Asia Pasifik. Singapura dengan pelabuhan tersibuknya Port Of Singapura diprediksi akan sepi, karena kapal barang yang melintasi Selat Malaka akan mengambil rute baru Terusan Kra menuju Eropa.
Hal yang sama juga akan terjadi pada Terusan Khatulistiwa manakala proyek ini direalisasi oleh Pemerintah Pusat. Akses rute pelayaran dari Maluku atau Papua tidak lagi melewati Selat Makassar dan Laut Sulawesi, namun dari Laut Banda langsung memotong jalur Terusan Khatulistiwa.
Pemerintah Pusat tengah mengkaji kemungkinan-kemungkinan proyek ini direalisasikan dengan mempertimbangkan dampak terhadap ekosistem laut, perubahan rute, persaingan ekonomi, kerjasama regional, dan dampak lainnya agar proyek tersebut memiliki aspek kebermanfaatan yang kompleks.