LANSKAPSULAWESI.COM – TANAH TORAJA, Kamis 16 Mei 2024. Titik longsor yang menimbulkan persoalan infrastruktur dan tragedi seorang Ibu yang melahirkan di tepi jalan menggerakkan pemuda dan masyarakat Simbiang Mappak untuk menggelar aksi kemanusiaan 1.000 lilin di Plaza kolam Makale, Rabu 15 Mei 2024.
Aksi ini berangkat dari kematian seorang bayi yang dilahirkan di tempat yang tidak pantas, dilahirkan secara darurat karena persoalan Infrastruktur jalan yang dihadang oleh belasan titik longsor. Persoalan akses jalan menuju ke Simbuang Mappak sangat memprihatikan, terutama pasca terjadinya bencana tanah longsor beberapa waktu lalu kemarin nyaris memutuskan seluruh koneksi ke wilayah tersebut.
Bencana tanah longsor di wilayah Simbuang Mappak sebenarnya terjadi hampir dua bulan. Timbunan longsor yang tidak kunjung diangkat kemudian menghambat salah seorang warga Simbuang yang dirujuk bersalin di Kota Makale 11 Mei lalu. Tetapi naas, perjalanan ibu itu terhambat titik longsor dan ibu tersebut harus bersalin di pinggir jalan di tengah hutan yang lebat dengan dibantu tim medis dari Puskesman Lekke’, namun sayang anak kekasih yang dilahirkannya dinyatakan meninggal dunia di tempat, karena kondisi bayi dalam kandungan terbalik dengan posisi kaki bayi lebih dahulu di lubang peranakan.
Pekan ini alat berat beraksi kembali membersihkan material yang tidak sedikit, walau di balik itu tersurat kekecewaan warga akibat terhambatnya pembersihan titik longsor ada warga yang menjadi korban kondisi.
Akibat peristiwa tersebut, masyarakat Simbuang Mappak menjadi sangat terpukul, mendesak pemuda dan masyarakat untun kemudian menggelar aksi 1.000 lilin di Plaza kolam Makale, sebagai bentuk solidaritas untuk mendoakan arwah Adinda.
Aksi dikabarkan dihadiri sekitar 600 orang, berlangsung dari jam 19.00 -22.30 WITA. Aksi penyalaan lilin serentak di depan kolam Makale dan perwakilan pemuda-Masyarakat melepas lilin apung di kolam Makale. Juga ada mimbar bebas untuk menyampaikan seruan moral dalam bentuk orasi, puisi dan pidato.
Kegiatan ini juga dilaksanakan serentak dengan pemuda dan masyarakat yang ada di Ibu kota provinsi Sulawesi Selatan (Makassar) dan mengangkat Isu
“Luka di ufuk barat Tana Toraja, Adinda tidak layak dilahirkan di pinggir jalan ”
Jevial Kuasa selaku korlap
menyampaikan tujuan aksi adalah murni kegiatan kemanusiaan yang tuangkan dalam bentuk penyalaan lilin dan doa bersama untuk Adinda yang dilahirkan di pinggir jalan Simbuang. Jevial juga merasa kecewa kepada Pemda Tator yang tidak sempat hadir padahal ini adalah duka Toraja pada umumnya dan sudah mangajukan undangan untuk hadir bersama mendoakan almarhum.
Dimianus Tanggi Somba (Arga) salaku perwakilan dari pemuda simbuang Mappak yang menjabat sekarang sebagai ketua Umum IPSIM dalam penyampaiannya mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk duka terhadap adik yang terpanggil pada 11 Mei 2024, dan ini adalah peristiwa memilukan yang harus diterima tidak saja bagi keluarga yang berduka namun juga bagi masyarakat Simbuang Mappa yang turut merasakan duka itu. “Lilin ini akan menjadi penerang jalan menuju Sang Pencipta, dan yang akan menjadi Pendoa bagi kita semua yang masih terus berjuang untuk mendapatkan kesejahteraan dan keadilan,” kata Dimianus.
Persoalan infrastruktur jalan yang digiring kesana ke sana kemari dan ditambah kinerja Pemda yang tidak becus karena menempatkan seorang dokter yang sudah satu bulan tidak berada di tempat tugas haruslah menjadi refleksi dan catatan penting buat Pemda Tana Toraja, ungkapnya kembali.
Sebagai korlap kegiatan, Jevial mengapresiasi seluruh peserta aksi bahwa apa yang mereka lakukan adalah bentuk kepedulian dan juga peringatan bagi pemerintah agar tanggap dengan kebutuhan masyarakatnya.