LANSKAPSULAWESI.COM – Makassar, 6 Mei 2025 – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Makassar menggelar seminar bertajuk “GMKI Merespon Feminisida” yang dilaksanakan di Sekretariat Cabang GMKI Makassar. Seminar ini menghadirkan Meisi Papayungan, SKM., MSc.PH, selaku Kepala Bidang PPPA-DP3A-DALDUK KB Provinsi Sulawesi Selatan.
Dalam pemaparannya, Meisi menegaskan pentingnya upaya pencegahan dini terhadap kasus feminisida. “Setiap orang berpotensi menjadi korban, karena pelaku sering berada di sekitar kita. Maka dari itu, kita memerlukan kebijakan publik yang berpihak, ruang yang inklusif, serta membangun resiliensi dan resistensi korban untuk mengukur daya tahan dan daya lenting mereka,” ungkap Meisi.
Data Komnas Perempuan mencatat, sepanjang tahun 2024 terjadi 185 kasus feminisida di ruang privat dan 104 kasus di ruang publik. Angka ini menggambarkan adanya bentuk genosida terhadap perempuan dalam skala besar.
Feminisida didefinisikan sebagai pembunuhan terhadap perempuan yang didorong oleh kebencian, dendam, keinginan untuk menaklukkan atau menguasai, serta pandangan bahwa perempuan hanyalah objek eksploitasi yang melanggar hak asasi manusia.
Merespons situasi ini, Komunitas Perempuan Intelektual (KOMPI) GMKI di bawah bidang Pemberdayaan Kapasitas Perempuan (PKP) BPC GMKI Makassar 2023–2025, yang diketuai oleh Sdr. Reyke Tiara Datu, S.Si., turut menyuarakan sikap tegas.
“Feminisida bukan sekadar angka statistik. Ia adalah nyawa, anak, ibu, dan saudara kita. Bersuara untuk yang tak bersuara — ini adalah kutipan yang kami gaungkan untuk bersolidaritas dengan para korban,” ujar Reyke.
GMKI Makassar menekankan bahwa feminisida adalah isu krusial yang harus ditanggapi dengan serius. Selain mengajak untuk memulai dari kesadaran diri sendiri, GMKI juga mendorong keterlibatan penuh dari semua pihak.
Ketua Cabang GMKI Makassar, Muh. Vicky, turut menyoroti peran pemerintah. “Diperlukan sinergitas antara pemerintah dan lembaga non-pemerintah untuk menyamakan persepsi dan langkah dalam menangani isu feminisida,” tegasnya.